Yunus Kadir
Menjawab Takdir
Takdir. Ketetapan Tuhan. Rezki, jodoh
dan kematian, ketiganya ditangan Allah SWT. Tak ada yang kuasa mengubahnya. Sudah
digariskan. Hanya saja, banyak orang yang salah memahami, takdir baik dan buruk (qadha dan qahdar), dikiranya
sudah harga mati. Mereka berpendapat, bahwa segalanya sudah diatur oleh Allah
SWT. Tak dapat lagi diubah. Padahal, Tuhan sendiri, Zat Yang Maha Mulia
memerintahkan setiap hambanya untuk senantiasa berupaya keras,
bersungguh-sungguh dalam usahanya, bersungguh-sungguh dalam melakukan perubahan.
Bahkan sebaliknya, Allah SWT melarang seorang muslim untuk berputus asa dari
rahmatNYA. Itu berarti, bahwa jika Allah SWT yang membuat keputusan maka DIA
sendiri pula yang kuasa melakukan perubahan. Takdir diubah dengan takdir, apa
susahnya bagi Allah.
Lalu, bagaimana memahami dan menjawab
takdir Allah SWT ? Jawabannya, tergantung seberapa dalam aqidah seseorang
memahami hikmah dari segala kebaikan dan keburukan yang dialami. HM. Yunus
Kadir misalnya, Wakil Ketua Muhammadiyah Sulawesi
Selatan yang dikenal luas sebagai pengusaha yang bergerak dibidang pertambangan
meyakini, bahwa takdir Allah itu memang sudah terprogram. Allah sudah mengatur
segalanya dalam hukum-hukum sebab akibat dan ketetapan yang tak seorang pun dapat
mengetahui sebelum terjadi.
“Saya
terkadang berpikir dan seakan-akan bertanya kepada Allah, apa itu takdir
sebenarnya. Jika seseorang kecewa, ada keinginannya tidak tercapai, lalu serta
merta minum baigon. Apakah itu takdir ?,” ungkap Presiden Direktur Gasing Group
HM. Yunus Kadir,
Senin pekan lalu. Dia menilai, tindakan orang itu tentu saja bukanlah sebuah
takdir. Takdir adalah sebuah rencana Allah yang
sempurna, sehingga sekalipun takdir buruk kalau itu sudah ketetapan Tuhan maka
pasti ada hikmah tersembunyi di dalamnya.
Pria yang memiliki hobi golf ini mengakui, setiap manusia sudah
ditentukan rezekinya. Hanya saja tak ada orang yang mengetahui kadarnya, banyak
atau sedikit, tergantung keinginan Allah. Begitu pula dengan takdir buruk, bisa
meleset atau berubah berkat doa dan kebajikan seseorang.
Menurut Yunus Kadir, takdir seseorang itu memang baru akan diketahui
nanti setelah kejadian. Hanya saja, terkadang pada tahap awal, isyarat itu kita
sudah diperlihatkan oleh Allah SWT. Atau bahkan tanpa sengaja, kita sendiri
yang mengalami, namun seketika itu kita belum mampu menangkap dan memahaminya.
Nanti setelah beberapa saat berlalu, bahkan
berbulan-bulan hingga tahunan, barulah kita sadari setelah kita alami
secara nyata.
“Memang ada orang yang diberi kemampuan hati membaca tanda-tanda
alam. Dia diberi kemampuan memahami hikmah dari setiap peristiwa. Mungkin
itulah yang dilakukan orang-orang dahulu, melihat telapak tangan kita, membaca
garis tangan, Cuma kita tidak boleh menjadikan hal itu sebagai kepercayaan.
Tapi, jika terjadi itulah takdir,” tandasnya.
Ketika pertama kali terjun kedunia bisnis dan didalam membangun
perusahaan hingga melakukan ekspansi ke berbagai bidang usaha, Yunus Kadir
mengakui bahwa semua suka dan duka, keberhasilan dan keberuntungan yang
diperolehnya tidaklah lepas dari ridha Allah SWT. Dia sendiri banyak mengalami
sesuatu yang pada awalnya hanya dianggap sesuatu yang biasa saja, tidak
istimewa, tapi ternyata dalam perjalanan waktu, peristiwa itu justru merupakan
“petunjuk” sebuah keberhasilan, sebuah pintu meraih keberuntungan. Itu pula
sebabnya, dalam menghadapi kondisi yang sangat mengecewakan sekalipun dia tidak
pernah lepas menyandarkan diri kepada Allah SWT.
Diantara peristiwa yang sangat terkesan dalam hidupnya adalah
semasa masih pemuda dahulu. Yunus muda yang senantiasa memikirkan hakekat
penciptaan manusia dan mengaitkannya dengan takdir pernah bermimpi memegang
bulan. Kejadiannya Jumat tengah malam di sekitar tahun 1961. Saat itu dia
melihat bulan purnama penuh dengan cahayanya yang begitu indah tak terlukiskan.
Dia berdiri berhadapan. Bulan itu berada dalam jarak beberapa meter. Dia pun
bergerak mendekat dan saat mengangkat tangan dan menyongsong tiba-tiba cahaya bulan
itu memudar perlahan-lahan. Cahayanya hilang. Yunus Kadir mundur perlahan.
Menatap dengan perasaan heran. Namun, saat melangkah mundur beberapa meter,
bulan itu kembali bercahaya, dia pun segera mendekat kembali dan berhasil
memegang bulan. Saat memegang itulah terdengar suara yang menyatakan, bahwa
disinilah Nabi bersembunyi waktu diburu kaum kafir. Tempat yang dimaksud tentu
saja adalah bukit Tsur. Seketika itu ada perasaan yang luar biasa di hati Yunus
Kadir yang tidak mampu dilukiskan dengan kata-kata hingga hari ini setiap kali
mengingat mimpi itu.
“Saat saya terbangun, mimpi itu saya ceritakan kepada paman dan
dijawabnya, bahwa saya tidak akan meninggalkan dunia ini sebelum menginjak
tanah suci,” ungkapnya.
Kebenaran ucapan itu terjawab setelah hampir 50 tahun kemudian.
Yunus Kadir benar dibukakan jalan untuk menunaikan ibadah haji bersama
keluarganya. Rupanya, pada saat berada di tanah suci, Mekkah, hatinya selalu
berbisik untuk mengunjungi gunung tempat persembunyian Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang pernah dimimpikan. Disini
terjadi keanehan. Terlepas dari apakah memang ada orang yang sama persis
namanya yang pernah mengunjungi tempat itu, yang pasti bahwa saat Yunus Kadir tiba
disana, tampaklah olehnya sebuah kalimat yang mengabadikan namanya. Pada sebuah
sisi batu tertulis ‘’For LU Yunus’’ menggunakan
cat berwarna putih. Kalimat itu tertulis berulang hingga tiga kali di batu yang
berbeda mengikuti punggung bukit ke atas dan berakhir pada sebuah tulisan
diketinggian paling atas dalam bentuk kaligrafi yang mengabadikan huruf “Mim”
diatas huruf “Ya” yang boleh jadi kepanjangan dari “Muhammad Yunus”.
“Saya heran waktu itu, kok ada nama saya tertulis di batu bukit
Tsur. Tapi pikiran saya, mungkin ada anak muda yang kebetulan sama dengan nama
saya yang pernah datang ke goa tempat Nabi bersembunyi dahulu,” ungkapnya.
Peristiwa lain yang juga pernah dijalani ayah dari delapan anak
yang pernah menjabat Ketua Gapengsi (Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia)
Tana Toraja adalah berfoto di sebuah lokasi yang belakangan dijadikan lokasi
pasar ternak terbesar dunia, Pasar Bolu. Padahal waktu itu, jangankan Yunus
Kadir, pemerintah saja belum berniat menjadikan pasar dikemudian hari. Rentang
waktunya juga cukup jauh. Kisahnya sendiri terjadi pada tahun 1972. Ceritanya, bermula
dari sebuah hobi, sebagai anak yang tengah menikmati usia muda, bila sore sudah
menjelang seringlah dia mengajak kawan-kawan seusianya berkeliling kampung
mengendarai sepede motor. Berkeliling kampung sembari menikmati indahnya panorama alam di sore hari.
Suatu waktu dia melintas disebuah jalan di Kota Rantepao menuju arah Kota
Palopo, saat tiba diujung jalan aspal entah apa yang mendorongnya tiba-tiba dia
berhenti dan menengok sejenak kebelakang. Rupanya, dari kejauhan dia menyaksikan sebuah panorama alam yang
begitu indah. Karena begitu terkesannya Yunus Kadir secara spontan minta difoto diatas motor dengan latar
belakang keindahan alam yang disaksikan itu. Ternyata, setelah beberapa puluh tahun kemudian peristiwa itu terjawab.
Pada tahun 1998 Pasar Makale terbakar, pasar yang menjadi tempat menggantungkan
hidup banyak orang, sebagai putra daerah yang selalu ingin memberi manfaat
kepada banyak orang, muncul ide brilian dibenak HM. Yunus Kadir membangun pasar
yang ternyata lokasinya ditempat yang diabadikan sekira 27 tahun silam. Pasar
Bolu yang kini pengembangannya sudah ditangani pemerintah daerah, dirintis
Yunus Kadir dengan melakukan pembebasan lahan dan membangun sarana dan
prasarana didalamnya. Pasar ini kini berkembang sebagai pasar ternak terbesar
dunia yang ada di Toraja.
“Itulah takdir. Kita harus
percaya kepada takdir sekalipun memang kita tidak akan pernah mengetahui sebelum
hal itu terjadi. Karenanya, kita selalu
dianjurkan untuk selalu berprasangka baik kepada Tuhan. Kita berusaha
semaksimal mungkin mengamalkan apa yang
diperintahkan oleh agama. Bagaimana ketika diberi rezeki kita memanfaatkan
untuk memperbanyak amal, menjadikan diri kita bermanfaat kepada banyak orang,
karena hanya itulah bekal yang kita bawa menghadap kepada Allah SWT,”
tandasnya.
Yunus Kadir mengakui, bahwa didalam mencari ridha Allah kita
senantiasa harus menjaga kesucian hati kita, sehingga apapun yang kita lakukan
selalu membawa berkah dan kebajikan.
Hubungan silaturrahmi harus senantiasa kita jaga dengan sesama manusia,
terutama sesama muslim. Jika hubungan ini terjaga maka berkah dan rahmat itu
selalu turun kepada kita, karena kalau hubungan itu baik maka kita selalu
saling mendoakan lewat kalimat salam yang didalamnya mengandung saling
mendoakan.
Soal berkah dan kebajikan itu, Yunus Kadir mengurainya lebih jauh dari
kalimat salam, Assalamu alaikum
warahmatullahi wabarakatuh. Kalimat
silaturrahmi ini mengandung doa. Karenanya, harus diucapkan secara lengkap,
jika ingin mendapat rahmat dan berkah dari Allah SWT. Manurutnya, Rahmat Allah
itu tertuju kepada siapa saja, kepada semua orang yang mengikuti jalan atau
ketentuannya. Tanpa dipilah dengan perbedaan agama. Muslim atau pun non muslim.
Misalnya saja, setiap orang yang habis makan pasti merasa kenyang. Orang haus
jika sudah minum hilanglah dahaganya. Namun, tidak semua orang yang habis makan
merasakan kekenyangan itu. Ada yang sudah makan hingga sesesak perut namun
tetap saja merasa lapar, masih belum kenyang, bahkan ada yang makin gelisah dan
tidak tenteram hatinya.
Lebih jauh Yunus Kadir mengurai dengan mengambil contoh pada seorang imam masjid yang
tinggal disebuah kompleks perumahan. Dia memiliki banyak mobil taksi. Seorang
tetangga yang datang dari suatu daerah dan tidak memiliki pekerjaan menemuinya.
Dia menawarkan diri untuk menjalankan taksi. Kebetulan dia memang memiliki SIM.
Setelah disepakati bagi hasilnya, berangkatlah pagi-pagi benar tetangga tadi.
Sorenya si tetangga pulang dengan membawa uang Rp 200.000. Sesuai kesepakatan,
20 persen diperoleh si sopir, jumlahnya Rp 40.000, selebihnya 60 persen (Rp
160.000) diserahkan kepada si pemilik mobil. Dengan hati senang, si sopir
pulang ke rumah. Diperjalanan bertemu penjual ikan. Karena ikan itu masih segar
dan dagingnya enak maka dibelinya. Dia ditawari Rp 15.000. Masih ada sisanya
tentu sebanyak Rp 25.000. Sesampai di rumah, ditemuilah istrinya yang tersenyum
manis di depan pintu. Si sopir minta kepada istrinya agar ikan itu digoreng.
Namun si istri menyampaikan tidak ada minyak goreng. Mendengar jawaban itu si
suami langsung minta dibakar saja ikan itu. Setelah semuanya tersaji,
dipanggillah kedua anaknya makan beramai-ramai. Keringat mengucur di dahi
karena saking nikmatnya sajian si istri.
Sementara itu pak Imam si pemilik taksi, saat diajak makan malam
dengan menu daging yang tersedia setiap saat di kulkas menolak. Karena baru menerima uang, pak Imam
mengajak istri dan anaknya makan malam diluar. Mereka naik mobil menuju ke
pantai Losari. Disana mereka menikmati makanan kesukaannya. Sepulangnya, begitu
sampai di rumah salah seorang anaknya tiba-tiba mual-mual dan akhirnya buang
air besar. Entahlah, apakah si anak masuk angin atau makanan yang disantap
kurang matang. Segeralah anak itu dibawa ke rumah sakit. Dokter mengatakan,
anak itu harus dirawat inap. Orang tuanya menerima anjuran dokter. Besoknya,
kondisinya sudah mulai membaik. Ketika diizinkan dokter sudah bisa pulang, maka
pak Imam membayar semua biaya sebesar Rp 250.000. Tentu saja jika dihitung dari
uang yang diterima dari si sopir, jumlah ongkos rumah sakit jauh lebih banyak
dari uang yang diterima.
“Itulah gambarannya, sama-sama mendapat uang, bahkan jumlahnya
lebih besar yang diperoleh pak Imam, namun uang yang diperoleh si sopir lebih
berberkah karena dia masih dapat menikmati dengan keluarganya, bahkan masih ada
sisanya. Kalau si Imam habis seketika bahkan masih menambah lagi untuk biaya
anaknya yang sakit,” ungkap HM Yunus Kadir
mengakhiri perbincangannya.
Dari pergumulan olah pikir dan olah hati serta diperkuat dengan
pengalaman dan pengamalan yang dilakukan HM. Yunus Kadir dalam melakoni hidup
ini, dia pun selalu mengingatkan bahwa untuk mendapat rahmat dan berkah Allah
SWT kita harus senantiasa mengharapkan ridhaNYA Allah. Tanpa kita berada di
jalan yang diridhai Allah mustahil hidup kita bisa sukses dan selamat di
akhirat. Itu pula sebabnya, Pemilik sejumlah perusahaan yang bergabung dalam
bendera Gasing Group ini dalam menjalankan kerajaan bisnisnya selalu berpegang
pada jalan yang diridhai Allah dan selalu mengharapkan ridhanya Allah dalam
memanfaatkan keuntungan dan keberuntungan yang diperoleh. Dan itu, haruslah
dilakukan sejak awal, ketika kita akan memulai usaha itu. Kuatnya penghayatan
maka ketika pertama kali mendirikan perusahaan, HM. Yunus Kadir memilih nama
“Cinta Jaya” yang bermakna, cinta kepada jalan yang diridhai Allah. *
Jurlan
Em Saho’as
Tidak ada komentar:
Posting Komentar